Pernahkah mendengar istilah itu atau bahkan mengalaminya, minimal sekali seumur hidup? Berkali-kali aku mengalami sensasi yang tak menyenangkan ini. Semasa di bangku SMA, sekali aku pernah merasakannya. Itu sudah lama berlalu, hampir lupa. Yang parah setelah aku bekerja. Di saat malam pertamaku tanpa sahabat satu atap−−Ririn. Kebetulan dia pindah kerja ke daerah lain.
Malam terasa begitu sunyi. Entah mengapa, malam itu susah sekali untuk memejamkan mata. Aura mistis mulai terasa. Antara tidur dan terjaga. Sepintas, kulihat di sampingku sesosok berambut panjang tengah berbaring membelakangi—membuatku penasaran. Aku berpikir Ririn pulang dan menemaniku tidur.
Tunggu dulu!, untuk urusan apa dia datang menemuiku, bukankah dia baru saja memulai hidup barunya? Rasanya tak mungkin sekali dia datang begitu saja tanpa mengabariku terlebih dahulu. Apa dia hendak memberiku kejutan? Serentetan pertanyaan berjubel memenuhi labirin otakku.
Akh... jadi penasaran. Aku melirik kearah pintu, memutar otak; bagaimana mungkin Ririn bisa masuk ke kamarku, sedangkan pintunya saja aku kunci dari dalam.
Janggal..! Dalam hitungan detik, aku benar-benar terkejut. Darahku berdesir, mataku dibuat terbelalak.
Sosok yang tadi membelakangiku, dengan seketika wajahnya sudah berbalik, berada tepat satu jengkal di hadapanku. Tampaklah sangat jelas, seorang perempuan berjubah putih tersenyum padaku−−matanya mendelik−−wajahnya pasi. Panas dingin menjalar di sekujur tubuh. Bulu kudukku berdiri, hendak bangkit tapi tak kuasa. Seperti ditotok, tubuhku tak bisa digerakkan. Terbujur kaku. Mulutku komat-kamit memanjatkan do’a. Membaca ayat kursi namun tak kunjung usai.
“All.. all.. alla.. allahula.. allahula.. allah......!” lidahku kelu, naasnya aku mendadak lupa ayat ini. Kenapa begini, apa yang terjadi dengan diriku?
Makhluk itu terlihat murka. Seketika dia meloncat ke atap. Sorotnya tertuju padaku, rambut panjangnya berkibas saling−silang tak karuan. Persis adegan film horor, tapi kali ini aku tidak sedang menonton film. Ini terasa seperti nyata.
Hekksssss.... aku tercekik! Dengan posisi duduk menindih tubuhku, cakarnya yang panjang−−erat mencengkram leherku. Kali ini aku tak bisa bernafas, dia pun tersenyum puas. Aku berusaha menjerit minta tolong, sia-sia. Suaraku tak keluar, mentah hanya sampai di kerongkongan. Batinku bergumam:
“Ya allah.. aku berlindung padaMu, hanya engkau yang dapat menolongku” segala daya aku kerahkan supaya terlepas dari jeratnya. Dengan kondisi terlentang aku berusaha mengumpulkan segenap kesadaranku, jari-jemariku dikepalkan, sekuat tenaga menggerakannya. Alhamdulillah, akhirnya aku terbebas, terbangun dari mimpi buruk itu. Nafasku masih engos-engosan, tubuhku bermandikan peluh. Nyata benar mimpi itu, Segera aku meluncur menggedor pintu kamar Mirna.
**
Krekk.. e..e..e..eeee...
Terdengar suara pintu dibuka, tampak Mirna masih lulungu, garuk-garuk kepala nggak jelas.
“Ada apa sih malam-malam gini ngagetin saja?”
“Malam ini aku tidur di sini ya..”
“Ya sudah masuk!”
Orang Sunda mengenalnya dengan istilah katindihan eureup-eureup.[1] Kebanyakan orang menyimpulkan eureup-eureupsebagai makhluk halus yang menjelma seperti apa saja dan senantiasa mengganggu tidur kita, jika tidak berdo’a terlebih dahulu. Padahal secara ilmiah, tindihan bisa terjadi di saat otak kita masih bekerja, sementara tubuh belum bisa menerima impuls syaraf yang dikirim otak, atau belum meresponnya. Jadi sensasi seperti inilah yang terasa. Semua diakibatkan karena kondisi tubuh terlalu lelah atau pola tidur yang tidak normal.
Kejadian itu membuatku paraniod. Hampir tiap malam aku tak pernah lagi tidur sendiri. Menginap di kamar Mirna atau sebaliknya Herti yang tidur dikamarku.
Esoknya, aku berkumpul di kamar Mirna. Menceritakan hal yang kualami pada teman-temanku.
“Aneh, kok kamu sering banget kena eureup-eureupya? Padahal aku baru sekali ngalaminnya” Mirna penasaran.
“Nggak tahu aku juga heran, padahal aku tak memikirkan apa pun.”
“Kalau aku malah belum pernah sekalipun mengalaminya, memang seperti apa sih kejadiannya, terus tetehnya tidur apa sadar?” Yani yang tengah duduk di koridor depan pintu kamar ikut penasaran.
“Gimana ya, susah dijelasin! Setengah sadar sih. Pokoknya saat kena euereup-euereup badan tuh terasa lemas, nggak bisa bergerak, nafas sesak seperti ditindih dan dicekik. Ih.. amit-amit deh nggak mau lagi!”
“Terus gimana lagi teh ceritanya, kayaknya serem banget?”
“Ya gitu seperti mimpi ketemu hantu.”
“Kayak ditiban lemari gitu Yan! Hehe..” Herti ikut menambahkan.
“Kalau kata orang tua jaman dulu mah, posisi tidur kamu salah, tepat berada di bawah tiang penyangga atap” mamanya Mirna yang sedang memasak ikut memaparkan mitos yang melegenda.
“Apa hubungannya bi?”
“Ya itu tadi, kalau posisi kamu berada di bawah tiang, otomatis berat. Seperti digencet sesuatu hehe.. bibi juga denger dari orang tua turun-temurun” tersenyum geli.
“Hahaa.. ada-ada saja”
“Ah.. itu mah takhayul, mitos!” Mirna menimpali.
“Hehe.. makanya banyak berdo’a sebelum tidur, itu kamar kamu juga harus sering diisi jangan dikosongin terus. Biar hangat, sering bacain surat Yaasin. Insyaallah, jauh dari mimpi buruk.”
**
No comments:
Post a Comment